Selamat Datang di Blog Sharing For Good - Jangan Lupa Follow dan Share Ke Yang Lain. Selamat Membaca?

Pages

June 30, 2016

Jangkar Turun



Konon sungai itu adalah sungai penaklukan. Yang menghubungkannya ke bandara besar. Orang asing dari Tanah Rendah dan Berkincir datang kesegala penjuru pulau lewat bandara dan menyusuri sungai itu untuk membangun kota. Mereka bersenjata. Mereka mengamuk, melepaskan busur-busur kearah kerumunan orang yang sedang bersurban. Pertama kali datang dan menginjakan kaki kesini, ketanah ini, orang berambut emas dan bergelung itu langsung melontarkan ketajaman mulut mereka kepada para penghuni.

"Manusia apaan ini, tidak bekulit bersih, tidak berambut salju atau emas, tidak pula tinggi dan mancung seperti kita. Angkat barang-barangku dari kapal didermaga itu."

Jenderal yang jauh dari kenabian itu membentak-bentak. Setelah mereka mengangkat barang, digertak, mungkin juga menerima hadiah tempelengan.

Orang berlayar itu menunjukan sifat-sifat yang tidak bersahabat, dan tentu saja jauh dari ayat-ayat kenabian, walaupun lebih rapi dan beradab. Para pribumi hanya melihat adanya jarak yang jauh, antara yang telah lama menetap disana dan yang baru datang. Angin perubahan segera datang. Angin itu adalah angin peradaban, penguasa, dan cara memerintah yang baru. Tidak seperti sebelumnya, yang memerintah atas nama para dewa, atas nama para malaikat dan peri dari kayangan. Rakyat dipaksa membangun tempat para dewa dan peri dengan mengusung bebatuan dan mengukirnya. Kali ini bukan atas nama itu semua, tetapi atas nama kekuasaan. Lebih langsung, lebih jujur dan mungkin juga lebih menindas. Beratus-ratus tahun lamanya sistem baru itu diperkenalkan. Antara yang memerintah dan diperintah berlainan warna. Peradaban dan tentu saja pengetahuan telah membedakan antara para raja dan kawula.

Yang diperintah tidak diperkenankan memiliki peradaban dan pengetahuan, takut para kawula kulit kotor memberontak. Pengetahuan tentang senjata, buku-buku para Nabi, dan bagaimana mengendalikan kereta ajaib, tetap disimpan rapi di istana yang dihiasi meriam. Yang diperintah tentu saja tak mampu mengubah warna kulit mereka agar sama dengan para pendatang itu, disamping agar mereka bisa menyusup dan mencuri pengetahuan dan senjata. Yang dilakukan cuma berontak. Angkat senjata, tetapi bukan senjata angin dan pelor terbang, cukup dengan bambu yang diberi racun ular berbisa. Kalau pemberontak itu gagal, bukan salah pemberontak yang berteriak-teriak mengajak kawannya. Bukan juga kesalahan para pemimpin pemberontakan. Bukan salah Siapa-siapa. Kesalahannya adalah mereka bukan Nabi yang baik. Kenapa para dewa tidak mengangkat seorang Nabi yang baik..?!

****


Jangkar Turun

0 Comment:

Post a Comment

please write your comment in this post..

Baca Juga..?